Jakarta : Antara Fakta dan Realita

Hari ini, Senin 22 Juni 2009, ibukota negeri ini, Jakarta merayakan hari ulang tahunnya yang ke 482, sebuah umur yang bisa dibilang tidak muda lagi, mengingat negeri ini, Indonesia, baru akan merayakan ulang tahun kemerdekaannya yang ke 64 pada bulan Agustus yang akan datang. Dalam usianya yang tidak muda lagi ini, ternyata ibukota negara ini masih menghadapi berbagai persoalan yang sampai sekarang masih belum ditemukan permasalahannya…apa aja ya permasalahannya?

1. Kemacetan

Hampir setiap daerah di jakarta pasti pernah mengalami macet, atau mungkin semuanya! Dengan kecepatan pertumbuhan kendaraan yang jauh melebihi kecepatan pertumbuhan jalan, bisa dipastikan banyak jalan-jalan di jakarta yang akan mengalami kemacetan parah. Kemacetan yang terjadi tidak hanya terjadi di jalan-jalan utama saja, tetapi juga di jalan-jalan kampung yang notabene tidak terlalu besar. Ini juga menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan di jakarta merata di seluruh area di propinsi ini. Gubernur demi gubernur berganti setiap periode, tetapi kemacetan tetap terjadi…

2. Banjir

Banjir…banjir…banjir….Hal yang satu ini jelas udah jadi “trademark” nya kota Jakarta ku tercinta ini. Sama seperti kemacetan, banjir juga sudah merata menggenangi setiap jengkal ibukota ketika musim hujan, tak terkecuali tempat tinggal presiden, istana negara, dan daerah elit di jakarta, yaitu kemang dan menteng. Para pembesar-pembesar di ibukota selalu menyalahkan banjir kiriman dari bogor dan sampah-sampah sebagai biang keladi terjadinya banjir, tapi kok biang keladinya itu gak pernah ditumpas ya pak? Gw sendiri udah sangat AKRAB dengan banjir ini, secara SMA gw dulu (Sebuah SMA Negeri di daerah Bukit Duri, Tebet) adalah langganan banjir…setidaknya udah dua kali gw merasakan banjir…hehehe…

3. Polusi (Udara/Air/Suara/dll)

Menurut salah seorang pakar, kota Jakarta berkembang dalam arah yang salah. Selama ini gubernur DKI selalu ingin menjadikan Jakarta sebagai kota megapolitan, tetapi infrastruktur-infrastruktur pendukungnya ternyata kurang dibenahi. Begitu pula dengan masalah polusi, terutama polusi udara. Pabrik-pabrik meningkat jumlahnya, tetapi infrastruktur pengamanan udara nya tidak ada, begitu pula dengan pabrik-pabrik yang bisa dengan seenaknya membuang limbah ke sungai, padahal itu semua jelas melanggar aturan. Begitupula halnya dengan pemukiman di tepi sungai, pembiaran yang dilakukan pemerintah selama bertahun-tahun membuat orang-orang bisa dengan seenaknya membangun rumah di tepian sungai, tetapi ketika mereka sudah mulai menetap dan membuat komunitas, barulah Satpol PP bertindak, jadi salah siapa ya?

4. Tata Kota dan Pengelolaan Sampah

Kenapa dua hal diatas gw gabungin? karena dua hal diatas sebenarnya merupakan hal yang bersumber pada masalah yang sama, yaitu ledakan penduduk. Setiap harinya ratusan bayi lahir, sehingga mengakibatkan bertambahlah jumlah masyarakat, dan setiap masyarakat tentunya membutuhkan rumah, sementara daya beli masyarakat untuk membangun rumah masih lemah, maka ada beberapa masyarakat yang membangun rumah di tempat yang tidak seharusnya diperuntukkkan untuk pemukiman, begitu pula dengan beberapa oknum pemerintah kota yang “memudahkan” masyarakat membangun rumah, pertokoan, mall ditempat yang tidak seharusnya, sehingga jadilah kesemrawutan itu…Lalu bagaimana dengan sampah? kembali lagi ke masalah ledakan penduduk, karena setiap penduduk menghasilkan sampah, maka secara logis terjadilah banjir sampah itu. Sebenernya itu hal yang manusiawi, sehingga  letak kesalahannya bukan di situ, lalu dimana letak kesalahannya? Menurut gw sih, kesalahannya terletak pada bagaimana mengelola sampah dengan baik dan bertanggung jawab. Kita sudah tau dari SD kalau bahan-bahan organik dapat kita olah menjadi pupuk kompos, dan bahan-bahan plastik/kertas dapat kita daur ulang. Lalu realisasinya dimana? gw cukup sulit untuk menemukan tempat daur ulang sekarang ini, ato memang gw nya aja yang males nyari..:P

Itu semua fakta yang ada di daerah gw tercinta ini, Jakarta…Disini tempat gw hidup dari sekitar umum 2 tahunan ampe sekarang. Tulisan ini juga merupakan wujud cinta gw kepada kita yang turut membesarkan gw ini. Segala realitas yang ada diatas pun itu bukan kesalahan Jakarta, tetapi setiap lapisan masyarakat yang menginjakkan kakinya di kota kemenangan ini. Bagaimanapun, gw selalu yakin bahwa pada akhirnya pasti akan ada seseorang yang dapat membawa Jakarta ke arah yang lebih baik…Percayalah kalau optimisme itu selalu ada…

BANGKIT UNTUK JAKARTA YANG LEBIH BAIK…!!

SELAMAT ULANG TAHUN KE 482 TAHUN JAKARTA….:)

5 responses to “Jakarta : Antara Fakta dan Realita

  1. mantapz gan postingannya kritis dan aktual,,
    tapi bagaimanapun, Jakarta tetap kota penuh warna, semoga di ulang tahun ini Jakarta bisa semakin berbenah diri menjadi sebuah megapolitan yang bertaraf internasional,,

    ~memimpikan tata kota Jakarta dirombak dan bisa mirip dengan Paris :p

  2. ayash post nih co..

    iyah, tata kelolanya yg kurang mateng
    bangunan dimana2.. gede2.. akhirnya skrg.. kurang lahan.. lahan buat penyerapan air ilang.. banjir jadi langganan
    hal lain, sistem transportasi yg misah2, tidak terintegrasi satu sama lain
    proyek2 yg ternyata g nyelesein masalah, sebut saja monorel dn transjakarta

    ini tugas kita.. haha gmana yah..
    memang enak cuman ngomenin.. apa yg bisa kita kontribusikan
    yah mungkin hal2 kecil
    misalnya..
    jangan buang sampah sembarang:)

  3. @ayas : gw setuju ama lw…emang bukti konkrit nya perlu kita lakukan, jangan jauh2 deh, mungkin mulai dari buang sampah di tempatnya, dan sebisa mungkin menggunakan kendaraan umum disamping kendaraan pribadi…

    @jay : amin, tapi kapan ya? 🙂

  4. Kesian SMAN 8 Jakarta, kebanjiran mulu dah, padahal lulusannya langganan IP emp*t, apa justru gara2 sering belajar sambil berenang makanya pada pinter2 ?!

    alhamdulillah gw dulu skolah di SMAN 1 Depok :p

    ~ becanda gan, selamat datang di Blogsphere

Leave a reply to ayash Cancel reply